Peduli Korban Kekerasan Seksual, Fatayat NU Jawa Tengah Bedah UU TPKS

Kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, pun di Jawa Tengah. Perempuan dianggap sebagai pihak yang rentan menjadi korban kekerasan ini. Kekerasan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan sering dianggap sesuatu yang normal bagi perempuan. Pembahasan mengenai RUU TPKS menjadi sangat menarik karena selalu menuai pro dan kontra antara beberapa pihak. Disahkannya RUU TPKS menjadi Undang-Undang disambut baik oleh aktifis dan ORMAS yang peduli perempuan diantaranya adalah Fatayat NU, sebagai buah dari perjuangan panjang yang harus terus dikawal implementasinya, untuk memastikan bahwa siapapun berhak atas perlindungan hukum dan terbebas dari kekerasan seksual, serta korban kekerasan seksual bisa mendapatkan keadilan dengan segala hak-haknya.

Dalam rangka mengawal implementasi UU TPKS ini, Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Tengah merasa terpanggil untuk memberikan edukasi terhadap kadernya dengan memberikan pemahaman yang baik terhadap substansi UU. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan Webinar Nasional “Substansi UU TPKS dan Situasi Korban Kekerasan Seksual” yang akan dilaksanakan hari Sabtu, 18 Juni 2022 pukul 13.00 WIB-selesai di Gedung PWNU Jawa Tengah Jl. Dr. Cipto No. 185 Semarang. Kegiatan dilaksanakan dengan daring dan luring bekerjasama dengan LKKNU Kab. Bogor yang dihadiri oleh Pengurus Cabang dan Kader Fatayat NU se Jawa Tengah dan kader LKKNU Kab. Bogor. Harapan dari kegiatan webinar ini agar perempuan dapat menempatkan diri, mengambil sikap dan terhindar dari kasus kekerasan seksual.

Gelar Rapimwil: Fatayat harus ke-kini-an dan ke-NU-an

Semarang,
Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Tengah menggelar Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) di Hotel Grand Arkenso Semarang, Minggu (5/6/2022).

Rapimwil diikuti oleh pengurus Fatayat NU Jawa Tengah dan utusan 37 Pimpinqn Cabang se Jawa Tengah.

Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah, Hj. Tazkiyyatul Mutmainnah mengatakan, Rapimwil ini diselenggarakan untuk membangun sinergitas antara pimpinan cabang dan pimpinan wilayah. Sinergitas diperlukan agar dapat menyatukan gerak dan visi misi bersama terutama saat mengambil keputusan organisasi.

“Sebentar lagi PP Fatayat akan mengadakan konggres, saya ingin Fatayat NU Jateng menuangkan gagasan dan ide ide terbaiknya , untuk di bawa ke forum yang lebih besar lagi, tentu untuk kemajuan Fatayat”, kata Iin.

Iin menambahkan, banyak isu-isu strategis yang bisa kita kawal, seperti isu keorganisasian, pengkaderan, sosial, ekonomi dan sebagainya.

“Inilah pentingnya Rapim, untuk mengambil keputusan, keputusan yang tidak top down, tapi bottom up, dr bawah ke atas. Selain isu isu strategis di atas, Fatayat juga akan fokus memberikan masukan tentang keorganisasian dan rekomendasi, baik internal maupun eksternal.

Di akhir sambutan Iin mengatakan
“Ketika pandemi, kita dihadapkan pada tantangan yang semakin besar. Pandemi memberikan pelajaran pada kita, bahwa Fatayat harus lebih maksimal dalam memanfaatkan teknologi dan mudah beradaptasi. Fatayat bukan hanya harus kekinian tapi juga ke-NU-an, artinya aqidah ahlussunnah wal jama’ah harus tetap kita pertahankan” Imbuhnya.

Hadir dalam pembukaan Rapimwil, mewakili PWNU Jateng, K.H. Mundzir Labib.

Gus Labib mengatakan, NU harus hadir di berbagai lini. Fatayat yang membidangi kepemudian, harus ‘care’ , peduli terhadap pemudi, agar tidak menyimpang dan terjaga aqidahnya.

Selain aqidah, Fatayat harus konsen terhadap persoalan ekonomi, bagaimana menciptakan pemudi pemudi dengan kemandirian ekonomi yang baik.

Radikalisme Sasar Perempuan, Fatayat NU Bentuk Garfa

Fatayat NU melaunching pembentukan Garda Fatayat NU (Garfa) untuk menangkal radikalisme yang kini mulai menyasar kaum perempuan.

Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini menyatakan, doktrinasi radikalisme sudah menyasar kaum perempuan hingga dirasa perlu membangun gerakan menjaga kaum peremuan dari paparan radikalisme.

“Sangat memprihatinkan ketika kaum perempuan menjadi aktor radikalisme seperti yang terjadi di Banten. Jelas ini persoalan nyata dan kedepan kita perlu bentengi kaum perempuan dari paparan radikalisme,” katanya di gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jum’at (25/10/2019).

PP Fatayat NU resmikan GARFA

Dengan jejaring struktur yang sangat luas hingga tingat anak cabang se Indonesia dan luar negeri, Garfa menuurutnya akan menjadi kekuatan besar kaum perempuan NU untuk bisa berpartisipasi aktif menangkal radikalisme.

“Tentu perlu dibekali dengan kecakapan dan kemampuan khusus, karena kita targetkan menjadi pioner merespons aksi teroris dan radikalisme,” tandasnya.

Selain fokus menangkal radikalisme, Garfa juga memiliki konsentrasi pada dukungan teknis dan operasional dalam upaya penanggulangan dan mitigasi bencana yang difasilitasi dan dikoordinasi oleh Fatayat NU.

“ini penting dilakukan, di tengah bencana yang sering kali melanda bangsa kita, khususnya bencana alam seperti gempa dan banjir,” papar Anggi yang juga anggota Fraksi PKB DPR RI.

Berdayakan Perempuan, Fatayat Berikan Pelatihan Hidroponik

SEMARANG – Sebanyak 25 kader Fatayat NU Jawa Tengah mendapatkan pelatihan bertanam secara hidroponik, Sabtu (12/10) di Hidroponik Agrofarm Bandungan Kabupaten Semarang.
Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah, Hj Tazkiyyatul Muthmainnah dalam sambutannya mengatakan, perempuan sebetulnya memiliki potensi yang besar untuk turut serta membangun ketahanan pangan di Indonesia. Diantaranya bercocok tanam. Namun rata-rata terkendala lahan. Oleh karena itulah pengetahuan sistem tanam hidroponik ini menjadi penting untuk di kenalkan kepada kader, karena sistem ini adalah sistem yang hemat lahan, hemat pupuk serta hemat air.
“Saya sangat berharap materi yang diperoleh disini akan dipraktekkan di rumah. Setidaknya dapat dimanfaatkan untuk ketahanan pangan keluarga. Makan dari apa yang ditanam. Tanam apa yang akan dimakan. Syukur-syukur bisa berkembang dalam skala yang lebih besar, hasilnya bisa masuk ke dunia usaha dan dunia industri.” Ujar Iin.
Iin menambahkan , hasil dari pertanian hidroponik tidak kalah dengan pertanian tradisional. Bahkan hasil panen bisa jauh lebih banyak dan lebih sehat.
Sementara itu Penanggung Jawab Hidroponik Agrofarm Bandungan, Benedictus Pratono mengatakan dalam pelatihan ini, peserta akan dikenalkan dengan sistem partanian modern yang mudah dikerjakan, bahkan di lahan yang sempit sekalipun, seperti teras.
“Kami akan memberikan materi baik berupa teori maupun praktik. Seperti pengenalan bertanam hidroponik, manfaat bertanam hidroponik, pengendalian hama , pengenalan alat, pembuatan material dan bahan hidroponik. Selanjutnya kita juga akan praktek, dari mulai praktek menyemai, maracik nutrisi/pupuk, serta memanen.” Ujar Dictus. (red)

Pengurus PW Fatayat NU Jawa Tengah sedang mendengarkan cara menyemai bibit tanaman dengan cara hidroponik